Kamis, 27 Maret 2008

Beda Morfologi satu Genus

Apakah mungkin meskipun satu genus, kedua spesies yang morfologinya berbeda bisa disilangkan? Dikatakan, syarat individu yang bisa disilangkan memiliki jumlah kromosom yang sama. Tapi apakah jumlah kromosom sama diekspresikan oleh morfologi yang serupa?

Persilangan di atas dimungkinkan terjadi. Dan bukantah perbedaan (termasuk perbedaan morfologi) tersebut justru yang menjadi daya tarik saat melakukan persilangan ? Dengan harapan diperoleh hybrida yang punya paduan sifat dari kedua induknya.
Lebih jauh, dalam dunia anggrek bahkan dikenal adanya persilangan antar genus (intergeneric hybrids).
Dikatakan, syarat individu yang bisa disilangkan memiliki jumlah kromosom yang sama.
Syarat persilangan adalah terdapat ‘kromosom homolog’, agar proses meiosis dapat berlangsung normal dan gamet dapat hidup.
Syarat “jumlah kromosom harus sama” sebenarnya adalah kerancuan yang timbul dari kenyataan, bahwa pasangan induk yang beda jumlah kromosomnya akan menghasilkan anakan (hibrid) yang mandul (steril).
Namun keadaan tersebut dalam dunia pertanian malah dimanfaatkan untuk tujuan tertentu. Misal : menghasilkan tanaman “semangka tanpa bijih”.
Semangka tetraploid (4n) X semangka diploid (2n) = semangka tanpa bijih (triploid, 3n). Menghasilkan hibrida steril hingga tidak dapat dipebanyak lagi oleh pihak lain.
Catatan : syarat harus ada kromosom homolog, tidak berlaku dalam “biologi molekuler”. Dengan kecanggihan bioteknologi dapat diciptakan hibrida baru meski tanpa kromosom homolog.
Tapi apakah jumlah kromosom sama diekspresikan oleh morfologi yang serupa?
Rumus bakunya, fenotipe = fungsi dari gen (G) dan lingkungan (E). Artinya, yang menentukan morfologi mahluk hidup adalah gen, bukan kromosom. Sementara memang gen adalah urutan perintah yang ada di dalam kromosom. Jadi dapat saja terjadi jumlah kromosom sama tapi dalam kromosom tersebut punya kode genetik yang lain. Hal ini akan memberi morfologi yang beda tentunya, meski makhluk tersebut punya jumlah kromosom yang sama.
Contoh : ayam (Gallus gallus) dan anjing (Canis familiaris) punya jumlah kromosom yang sama = 78.

Semoga bermanfaat.

Senin, 24 Maret 2008

Menanam Benih Adenium ala Omah Ijo

Tidak ada hal khusus tentang media dan cara tanam benih. Sama seperti media adenium lainnya, yang penting porous dan permeable. Yang saya lakukan dalam menanam benih adenium selama ini, sbb. :

Memilih media tanam yang sesuai. Saya telah mencoba berbagai macam media al
  • Campuran cocopeat, sekam bakar, dan pasir sungai. Perbandingan 2 : 2 : 1.
  • Campuran pasir, sekam bakar, dan kapuk. Perbandingan 6 : 3 : 1
  • Campuran pasir, sekam bakar, dan pupuk kandang. Perbandingan 1 : 1 : 1
  • Biji kapuk, sekam bakar, dan pasir. Perbandingan 2 : 2 : 1
  • Cocopeat saja
  • Biji kapuk saja
  • Pasir saja
  • Sekam, pupuk kandang, kompos. Perbandingan 6 : 1 : 3
Meski prosentase tumbuh ke 8 media tersebut di atas sama sekitar 90 %, namun jenis media terbaik adalah media a. Media c dan f membuat bibit tumbuh terlalu subur dan memanjang langsing). Media e dan g membuat tanaman harus segera dilakukan transplanting setelah tanaman berumur 1 bulan. Media h bikin kepala pusing karena sulit sekali membedakan antara sekam dengan benih adenium
  1. Letakkan benih secara horizontal dengan kedalaman kurang dari 1 cm
  2. Lakukan penyiraman sesering mungkin hingga media menjadi basah. minimal 1 hari sekali.
  3. Lakukan penanaman di tempat terbuka, berangin, dan mendapat sinar matahari langsung (optimum 4 jam/hari). Tidak perlu dikerudungi plastik. Saya yakin nyamuk atau lalat tidak doyan adenium. Rasanya Pahit….!!!
  4. Setelah bibit tumbuh 2 daun, kurangi penyiraman dan tambah intensitas matahari secara bertahap.
  5. Pemupukan mulai dapat dilakukan setelah tanaman berumur 2 minggu. Sampai umur 3 bulan pakai pupuk campuran dengan komposisi perbandingan nitrogen, phospor, kalium sebesar 5 : 26 : 5. Hati-hati jangan pakai pupuk yang kandungan amonium nitrogennya (NH4, urea) lebih dari 30 %, bisa tumbuh seperti Aming nantinya.
Selamat bertanam benih adenium.

Tharie Wie
www.omahijo.com

Lahir dari Hasil Seleksi

Penantian panjang Untari Retno Wahyuni di Minomartani, Yogyakarta, selama 8 bulan akhirnya terpampang di depan mata. Beberapa semaian biji adenium hasil silangan sendiri mulai berbunga. Sekitar 30 bunga di antaranya bernuansa baru. Sebut saja bright candy dengan splash merah disetiap tengah petal dan renjana bermahkota lancip berwarna ungu.

Aktivitas menyemai biji mawar gurun hasil silangan sendiri itu Untari mulai sejak 4 tahun lalu. Memang tidak semua biji silangannya disemai karena sebagian dijual tanpa ditumbuhkan terlebih dahulu. “kalau menuruti permintaan, barangkali saya tidak akan pernah bisa menyemainya karena habis terjual. Tapi saya harus tetap menyemai sendiri. Kalau tidak bagaiman saya belajar sifat pewarisan karakter adenium,” kata wanita kelahiran Yogyakarta itu.

Makanya ibu 2 anak itu juga berharap mendapat informasi balik penampilan adenium dari hobiis yang membeli biji hasil silangannya. “ Dari informasi yang didapat, ia belajar karakter bunga untuk menentukan arah seleksi lebih lanjut. Termasuk menentukan tetua yang akan dipakai selanjutnya. Musababnya, corak bunga adenium tidak lepas dari sifat karakter moyangnya. Jadi, kalau ada 2 bunga disilangkan hasilnya beragam.

Sayang, tidak semua hobiis memberikan informasi balik yang diharapkan Thari. Jika ia menyemai semua biji silangan sendiri, mungkin kini didapat data lengkap karakter bunga. Selain itu, bila ada yang penampilannya bagus bisa dijual dengan harga lebih tinggi dibandingkan dalam bentuk biji.

Ikut tren
Untuk menghasilkan jenis baru Thari tak asal menyilang. Sebelumnya pehobi fotografi itu memilih calon indukan berdasarkan tren pasar. Informasi pasar ia peroleh dari hobiis yang tergabung dalam milisnya. “Awalnya orang suka bunga yang berwarna merah polos dan berukuran besar, “ kata Thari. Karena pasar menginginkan bunga yang seperti itu, ia pun membuat silangan yang kira-kira hasilnya seperti yang diinginkan pasar.

Pada 2004 konsumen menyukai adenium berbunga merah, berukuran besar, dan polos tanpa corak. Setelah itu 2005, konsumen beralih ke corak yang diawali oleh kemunculan harry potter. Menurut Thari tren harry potter masih berlangsung hingga sekarang. Maksudnya, hobiis menyukai bunga bercorak, tidak polos. Dari situlah ia kemudian menyeleksi calon indukan dengan harapan silangannya mengikuti tren pasar.

Seleksi dilakukan terhadap calon indukan. Yaitu yang punya corak bunga menarik. Dua macam sistem persilangan dilakukan. Pertama, persilangan indukan yang berkarakter mendekati tren pasar yang Thari sebut sistem pretty on pretty. Kedua, persilangan indukan yang berkarakter khusus ditujukan untuk menghasilkan breeding line tertentu yang disebut sistem gabungan.

Hasil silangan sistem pretty on pretty antara lain hp family, innocento, pinky, red sillouette, surokusumo, dan 5 jenis baru yang masih tanpa nama. Sebagian besar bentuk mahkota bulat dengan minimal 2 warna. Tujuan dari sistem silangan pertama untuk mengisi dan meyempurnakan kekurangan yang ada pada bunga saat ini sehingga penampilannya jadi lebih menarik.



Biji silangan Thari yang dijual kebanyakan berasal dari sistem pretty on pretty. Itu karena lebih cepat didapat dibandingkan dengan hasil akhir tahapan breeding line yang memerlukan waktu lama untuk dinikmati. Contoh hasil akhir breeding line adalah menciptakan bunga adenium warna ungu. “ menghasilkan bunga adenium berwarna ungu polos sangat sulit. Warna ungu merupakan cerminan sifat homozigot gen resesif warna merah muda dan gen resesif kopigmennya. Tanpa tahapan breeding line, justru semakin lama diperolehnya,” ujar Thari.



Cuplikan dari majalah TRUBUS
Edisi 460 Maret 2008, hal 32-33

Selasa, 18 Maret 2008

BONGGOL KUNING

Mohon pencerahannya .. Dikatakan dalam salah satu situs internet bahwa di dalam biology , pigment terjadi karena adanya special sel ( seperti melanin ) yang disebut Chromatophores . Dan juga karena physical process yang terjadi mengacu dari Fluorescence, Phosporescence dan beberapa material dari luminascence .
Juga ... karena effect dari cahaya .. Yang mau saya tanyakan , bisakah kita memanipulasi pigment ? Dapatkah kita melakukan perubahan pigment, jika ya dengan cara apa dan dengan apa ? Dan dimanakah si Chromatophares ( susah banget namanya ) ini bisa didapatkan ..
Saya pernah diajari oleh Koh Fendi salim untuk membuat bonggol kuning dgn cara menjemur ( sebelumnya bonggol diangkat ) secara full ke matahari . Yang terjadi memang " agak " memudar menjadi hijau muda, namun jika terlalu lama yang didapat bukan bonggol kuning dan sunburn alia bonggolku jadi lonyot terbakar ( bukan busuk ) . Dan " kuning " yang didapat hanya terbatas pada satu sisi yang menghadap matahari . Diputar ?? sudah .. bagian yang terhalang matahari kembali menjadi hijau .
Dalam suatu kesempatan di daerah jawa barat saat hunting saya menemukan mayoritas bonggol menjadi kuning ( dgn garis hijau sbg pembatas ) . Saya berasumsi secara logika bahwa peran media menjadi faktor utama . Samakah membuat bonggol kuning dgn bonggol variegata yang katanya dgn menurunkan PH tanah dgn abu gosok dan mencampurkan magnesium , meningkatkan kadar besi dalam air .. etc etc etc .. Salam, Tonny

Chromatophores itu kayaknya sel yg mengandung pigmen yg peka cahaya.. kayak terdapat pada binatang2 yg pandai menyesuaikan warna tubuhnya dengan lingkungannya, misalnya bunglon, ikan sebelah, gurita. dll
Kurang faham bagaimana proses perubahan pigmen pada chromatophores yg sehingga panjang gelombang warna yg direpleksikan berubah2 sesuai lingkungannya.
Bang Fendi sepertinya mengacu pada proses perubahan warna akibat penyinaran.
Intensitas matahari yg kuat ternyata benar menyebabkan rusaknya pigmen yg merepleksi hijau.. dan sekaligus meningkatkan kandungan pigmen yg merepleksi kuning dan merah sebagai salah satu upaya pertahanan diri oleh tanaman.. karena penyinaran yg tinggi dominasi pigmen pertama dikurangi akibatnya warna kuning akan muncul.. Namun warna kemudian akan kembali seperti semula dengan jika kondisi pigmen telah kembali normal.
Kalau melihat batas yang jelas dan kadang2 hanya satu akar saja yang berwarna kuning, dan bahkan melilit akar lain yang normal tanpa merubah warna normal akar lain.. sepertinya suspect bukan pada medianya sehingga akar jadi kuning.. Asumsi jika memang itu adalah artifisial akar kuning mungkin ada ide lain yg lebih sangat masuk akal.. Mudah2an berhasill. Wassalam Zai

Jika media bukan merupakan suspect, Intensitas matahari yang kuat ( sinar ) juga bukan merupakan suspect karena pada nantinya akan berbalik normal , Apakah mungkin karena kelainan genetika seperti layaknya cristata ? Jika ya berarti bisa diturunkan lagi ke generasi selanjutnya walaupun prosentasenya hanya 0,00 sekian seperti yang pernah saya coba sebelumnya untuk cristata . Mungkin ga ya ? Regards Tonny

Cuman sekedar mau nambahin aja. Yang dimaksud pemantul kuning by bang Zai, Tonny
dengan chromoplast-nya, atau mas Fendi dengan full matahari (panas berlebihan) mungkin barangnya sama. Apakah yang dimaksud itu adalah karoten ? Kalau ya, berarti ada kesamaan. Hemat saya, fenomena bonggol kuning juga merupakan ekspresi karoten di tempat tersebut. Tapi mengapa dan bilamana ada disitu ? Ini yang sulit dijawab Apalagi bagaimana cara membuatnya ?

Jawaban mungkin bisa diperoleh dari petunjuk pada;
1) Kejadian menguningnya buah mangga saat masak;
2) Perubahan warna bunga adenium putih menjadi kemerahan;
3) Chloroplast genome;
4) atau kombinasi ketiganya ?

Peristiwa pertama berhubungan dengan masalah hormonal, sebab kata yang pernah meneliti, karoten adalah precussor hormon ABA.
Peristiwa kedua berhubungan dengan fungsi keroten sebagai penetralisir pengaruh reaksi oksidatif O2 bebas akibat over eksitasi (intensitas panas berlebihan).
Peristiwa ketiga ada hubungan dengan genetik, karena kloroplas mempunyai genome yang menurun secara khas.

Kita batasi diskusi dari kondisi berikut di bawah ini :
Mengapa fenomena bonggol kuning kebanyakan terjadi di bagian akar ? Dan itu terjadi pada keadaan akar masih terpendam. Buktinya pak Kris dan pak Ricky tahu kalau bonggol berwarna kuning setelah lapisan tanah disingkap.

Mengapa batas zona kuning dan hijau umumnya tegas, tampak lurus layaknya buatan ?.

Tharie Wie
www.omahijo.com

Salam jumpa.
Diskusi bonggol kuning (BK) layak dicermati. Dulu orang Vietnam itu juga nanyaken.
Mr. ToNny, kondisi media, intensitas matahari dan fluktuasi suhu, adalah kunci BK. Sampaikan ke Mr. Fendy, bukan media asam tapi alkali. Chromoplast carotenoids are known to accumulate in green tissues experiencing stress conditions (Florence Bouvier, 1998).
BK mirip kristata, Lingkungan lebih berperan dibanding genetik. Turunan kristata kalau lingkungan ndak ndukung, ndak bakal kristata. Sebaliknya, bukan turunan kristata, lingkungan mendukung, akan keluar kristata. BK idem. Many species, exhibit true-breeding cristated lines, although the expression of the character is very dependent on environmental conditions - especially temperature and nutrition. Because the gene conditioning cristation exhibits incomplete penetrance, the character may assume any of many degrees of expression. (Binggeli, 1990)

Mr. Zai, syarat artificial BK, kurang air, intensitas matahari tinggi, malam hari dingin, kadar garam tinggi (NaCl and CaCl2 ), media padat kompak alkaline, kurang P, sedikit ‘paraquat’ encer (banyak auksin), etc, etc. Percobaan terakhir, etephone lebih efektip dari paraquat. Hati-hati coba dimulai dengan konsentrasi rendah..
Paraquat is a toxic chemical. It can be used only by people who are licensed applicators (Centers for Disease Control, USA, 2006)

Mrs. Tharie, langsung saja ke pokok masalah kesetimbangan hormon ABA di akar versus ABA di media sekeliling akar. Jangan lupa suberin ‘Casparian band’ dan akumulasi carotenoid di exodermis.
Localized soil drying around the roots will also influence the accumulation of hormones in the soil solution (Angela Sauter, 2001).
Mr. Kris, media tanam, pupuk, dan pola siram tidak dalam kategori penghasil BK. Rule of thumb : Kejadian BK bukan di istana kolektor, tapi saat berada di ladang petani. Sayang mas-mas petani ndak sadar punya harta Mr. Karoen. Ganggeng Kanyoet

Variegata memang salah satu maskot dalam sampel tanaman yang bermutasi, khususnya chimera. Sifat permanen atau tidak, tergantung lokasi kejadian mutasi dan faktor lingkungan (pernah dibahas di milis).
Dari keterangan pak Ricky, pak Kris, pak Santoso dan rekan lain, bisakah disimpulkan ada 4 kategori jenis bonggol kuning :
- Bonggol kuning sebagai perwujudan variegata, merata di seluruh bagian tanaman, batas kuning – normal acak dan irregular.
- Bonggol kuning setempat di daerah ex perakaran, batas kuning-normal tegas.
- Bonggol kuning kulit ular (?) di bagian tanaman non daun, penyebaran bisa intens namun bisa hanya setempat-setempat (spot), batas kuning-normal tidak tegas atau bias. (Kalau di kalangan hobiis koi batas merah dan putih disebut kiwa, di adenium diberi istilah apa ya ?)
- Bonggol kuning kombinasi tiga sifat di atas.
Monggo dilengkapi masing-masing ciri dan sifat lain. Siapa tahu dari deskripsi pengamatan tersebut dapat diperkirakan penyebabnya. Saya sendiri punya keyakinan, kasus 1 karena mutasi periklinal (genetik); kasus 2 bisa pengaruh genetik dan atau lingkungan; kasus 3 murni karena lingkungan.

Salam
Tharie Wie
www.omahijo.com

New Lesson From Lovina or DS2

Rekan semua...
Tidak mau berpanjang-panjang dengan Lovina (LV) atau Daeng Siam 2 (DS2). Point saya tentang hal ini masih tetap sama:
  1. It is probably not possible to clean up the mess without making some unhappy
  2. This is not very easy as few breeders have access to a wide range of material for comparison
Berdasarkan cerita sejarah tanaman LV dan DS2 , hemat saya : pemakaian nama keduanya tidak ada yang salah. Karena memang tidak ada aturannya. Lho kok gitu ?. Lha iyalah, karena yang diatur UPOV, ICNCP, atau konvesi yang lain, adalah untuk cultivar atau variety yang 'come true from seed' atau yang “true type”.
Ini yang dulu saya maksud dengan kata “bersyarat”. Bagaimana dengan yang “bebas”, “Xtra”, atau “non true type”, …. ya silakan saja, monggo ….tidak ada aturannya, kok minta yang ruwet-ruwet. Untuk apa ?
Pak Agus dkk sah-sah saja dengan Lovina-nya, demikian pula pak Iwan dkk sah-sah saja dengan DS2-nya. Bang Jani dkk di Manado juga sah-sah saja dengan Kawanua-nya

Kebiasaan umum, “cultivar” yang belum sepenuhnya “true type” dan belum siap release biasa hanya diberi “code” angka atau huruf.
Bagaimana kalau tetep mau dijual meski belum sampai taraf “true type” ? Tidak usah diberi label, atau pakai label nama indukan - the parent cultivar's. Sekali lagi ini hanya kebiasaan, bukan aturan.
Benih asal nemu, tanpa sejarah “ayah – bunda”?. Gampang, beri saja kode : Ya-Pit : Yatim Piatu atau Nang-Sib .
Lhahh …. Omong kesana-kemari itu cuma dapat ending : tidak ada aturan to. Ya memang begitulah adanya di dunia ini – sulit dibuat gampang, gampang dibuat sulit…..(kembali ke point “yang paling lebih penting lagi” : butir 1 dan 2, tersebut di atas).

Pelajaran dari LV dan DS2, yang mungkin perlu didiskusikan adalah : Pengaruh grafting terhadap batang atas. Contoh kasus Two Tones terhadap Daeng Siam yang menghasilkan DS2.
Menurut Mangoendidjojo W., 2003 :
  1. Interaksi antara stock dan scion, secara genetik merupakan interaksi antara dua komponen genetik pada luka sambungan; seperti yang banyak dijumpai pada tanaman buah-buahan yang dapat memberikan dampak pertumbuhan menjadi dwarfing, vigor, invigoritas, atau mempengaruhi ukuran buah yang dihasilkan. Hal seperti ini tidak akan dijumpai bila tanaman hasil grafting ini kemudian dikembangkanbiakan secara seksual.
  2. Grating dapat menimbulkan terjadinya khimer. Adanya pencampuran peleburan sel jaringan pada pertautan luka antara batang atas dan batang bawah dapat menimbulkan off-type sebagai keragaman.
  3. Sel jaringan pertautan luka dapat mengalami mutasi somatik sehingga mengakibatkan penampilan off-type. Bila mutasi seperti ini menguntungkan, selanjutnya dapat dikembangkan secara vegetatif.
Kira-kira jenis mana yang menimpa graftingan daeng siam – two tones” ? Apakah urutan graftingan itu (mulai dari batang bawah) = daeng siam – two tone; atau kamboja lokal (?) – daeng siam – two tones; atau yang lainnya?
Kira-kira bunga DS2 muncul dari 1) ujung batang atas (scion); 2) dari tunas samping yang tumbuh pada luka pertautan; 3) dari tunas samping batang atas; 4) dari tunas samping batang bawah; 5) atau dari seluruh bagian kesatuan tanaman – ya batang bawah ya batang atas?
Apakah kemudian graftingan yang akhirnya menyebar ke Lumajang, Cilacap, Cileduk, dll, sebagai batang bawah tetap dipakai daeng siam, atau sudah diganti kamboja lokal, atau jenis yang lain ?
Jawaban di atas akan menjadi masukan berharga bagi kita semua. Misal : lega rasanya bahwa ternyata untuk menghasilkan varietas-baru, bisa dengan grafting, tidak perlu repot HP .
Pak Mangoen pada halaman 132 kelihatan lebih MFNW dibanding Ohta – san yang lebih frankly speaking ……… he he he.
Ibarat mata uang, Ohta-san memilih sisi yang bergambar bunga melati ber-angka 500, jadi langsung kelihatan nominalnya. Pak Mangoen pilih sisi yang bergambar Garuda Pancasila nya saja, harus dibalik untuk lihat nilai nominalnya. Yang penting NKRA ( Negara Kesatuan Republik Adeniumania ).
Saya lanjutkan beberapa point pak Mangoen*) dari halaman sebelumnya (hal 127). Dengan harapan, apa yang sebenarnya tersirat pada hal 132 dapat lebih terlihat jelas, sehubungan dengan masalah “graft hybrids”.
  1. Mutasi atau perubahan kromosome dapat terjadi secara spontan dan secara buatan. Pada tanaman, mutasi hanya dapat terjadi pada suatu bagian atau segmen dari jaringan meristem.
  2. Khimer (=mutasi-red) adalah mosaik genetik yang terdapat dalam sel pada jaringan meristem pucuk (shoot meristem?) yang kemudian berkembang serta memberikan fenotipe atau penampilan yang berlainan.
  3. Khimer berdasarkan posisi serta jaringan yang terpengaruh, dapat dibagi menjadi ; khimer sektoral, meriklinal, dan periklinal.
Skenario pemahaman
  1. Perwujudan yang nampak secara visual maupun yang teramati melalui pengukuran tertentu pada tanaman (=fenotipe= P), tergantung dari faktor genetik (=G) dan lingkungan (=E). Rumus bakunya adalah P = G + E.
  2. Perwujudan yang nampak dari suatu bunga, demikian juga tidak bisa lepas dari hukum P=G+E.
  3. Kenampakan karena faktor gentik dapat diwariskan, sedangkan pengaruh lingkungan tidak dapat diwariskan.
  4. Untuk memudahkan pemahaman, mungkin harus pakai contoh skenario sbb.:
Dari 100 graftingan TT+DS yang ada ditempat mas Tomo, salah satu graftingan menunjukan variasi (penyimpangan), misal menjadi DS2. Padahal kondisi lingkungan (pemupukan , penyiram, penyinaran, kelembaban) sama, kok ada satu yang menyimpang. Dapat disimpulkan, penyimpangan tersebut akibat faktor genetik.

Dari 100 graftingan TT+DS, dibagi-bagi, 20 tanaman ditempatkan di rumah mas Tomo (Pekanbaru) , 20 di bang Zai (Medan), 20 di mbah Suro (Jakarta), 20 di bos Argy (Jakarta), dan 20 sisanya di tempat mas Rohmad (Jakarta). Saat berbunga, ternyata 90 tanaman yang ada di tempat mas Tomo, bang Zai, mbah Suro, dan bos Argy, memberi kenampakan sama, yaitu DS. Anehnya, 10 tanaman di mas Rohmad kok bunganya menyimpang menjadi DS2, ada apa ini ?

Di lihat dari lokasi penanaman, perbedaan lingkungan muskil berpengaruh. Nyatanya, Medan , Pekan, Baru, Jakarta , memberi kenampakan 90 bunga DS sama. 30 tanaman di Jakarta , kok hanya 10 yang di mas Rohmad yang menyimpang. Padahal Vila Nusa Indah dan Menteng Dalam, tidak jauh, sama-sama di Jakarta, tentu perbedaan iklim tidak akan extrem.

Kalau faktor genetik penyebabnya, kok hanya di tempat mas Rohmad saja, lagian kok 10 semuanya ? Ada radiasi apa di rumah mas Rohmad ? Atau ada kandungan kimia apa di air sumur mas Rohmad ? Selidik punya selidik, ternyata perlakuan graftingan di mas Rohmad, amat-sangat jauh berbeda dengan rekan-rekan yang lain. Karena sibuk, sedkit waktu (to the point, males ), oleh mas Rohmad perawatannya diserahkan ke “pembokat”, tanpa dikursus merawat adenium lebih dulu. Tahunya dulu nanam padi dan tomat, oleh pembokat, graftingan TT+DS, tiap hari disirami dan dipupuk. Ada hormon apa saja diberikan, padahal itu ada yang untuk tuannya. Pokoknya, takut dimarah kalau mati, perawatan menjadi super ekstra (ekstra aneh-red).

Apakah perawatan super ini membuat terjadinya penyimpangan TT+DS menjadi DS2 ? Harus dibuktikan. Perlakuan membuat susunan genetik TT+DS berubah, atau hanya perubahan sementara saja.
2 tanaman dikirim ke mas Tomo, 2 tanaman ke mbah Suro, 2 tanaman ke bang Zai, 2 tanaman ke bos Argy, dan sisanya 2 tanaman tetep di mas Rohmad.
  • 5. Pada periode bunga selanjutnya, keanehan kembali muncul. Selain di tempat mas Rohmad, bunga DS2 kembali ke asal menjadi DS. Kesimpulan, penyimpangan di tempat mas Rohmad, bukan karena faktor genetik, tetapi faktor lingkungan, dalam bentuk perawatan ekstra.
Penyelidikan dilanjutkan pada 1 tanaman mas Tomo yang menyimpang dari TT+DS menjadi DS2 ? Apa penyebab perubahan genetik tersebut ? Mari kita amati pohon aneh ini. Mungkinkah karena grafting ? Atau memang karena nasibnya memang harus berubah ? Atau sebab yang lain ? Mutasi ? Rekombinasi genetik ? Atau Dinas Luar ?

Faktor-faktor yang mempengaruhi

Warna yang nampak pada bunga, ditentukan oleh pigmen, suatu molekul berstruktur kimia tertentu (di adenium pigmen warna yang dominan adalah antosianin). Antosianin dihasilkan dari sintesa “gula” dan asam amino dalam sel bunga, diprakarsai oleh enzym (jenis protein tertentu) sekaligus sebagai suatu katalisator. Jenis dan macam enzym dikendalikan oleh gen. Istilah populernya, satu gen – satu enzym. Hubungan antara substrat (gula, asam amino) dengan enzym : Jika substrat menjadi pembatas, maka penambahan enzym selanjutnya tidak lagi mempengaruhi laju reaksi. Bila substrat tidak terbatas, pada akhirnya ketersediaan enzym (ditentukan oleh gen) akan menjadi faktor pembatas terhadap laju reaksi.

Saat kita melihat pola, intensitas, dan warna bunga yang berbeda-beda, sebenarnya kita sedang melihat suatu “perbedaan tingkat kendali enzym”. Kita sedang menyaksikan perbedaan ekspresi gen, pada tempat tertentu dalam struktur sel bunga. Ada Harry Porter, My country, Inocento, Lovina, DS2, Daeng Siam , dll, dll.

Lingkungan punya peran dalam performance bunga. Pengaruh ini bertalian erat dengan sensitifitas antosianin terhadap PH, kehadiran ion logam tertentu dalam sel bunga, atau cahaya matahari. Kekurangan mineral dan nutrisi, dapat menyebabkan bentuk sel bunga mengalami deformasi, yang mana berakibat pula pada cara terdapatnya dan penyebaran pigmen dalam sel bunga. Rekan-rekan masih ingat dengan “Fadia Menclek” bu Maria ?. Atau percobaan bang BJ dengan Brave Hearts + vetsin ?

Air dan nutrient (mineral) mengalir dengan trayek tetap (“transportasi”) : diserap akar – batang - cabang – menuju daun. Nutrisi diperlukan untuk pembentukan kloropil daun yang berguna dalam proses fotosintesa di daun. Dibantu sinar matahari, proses fotosintesa akan mengubah air dan CO2 (diperoleh dari udara) menjadi gula.

Gula yang terbentuk di daun ditranslokasikan ke seluruh bagian tanaman (sink) yang butuh untuk pertumbuhan, perkembangan, cadangan makanan, dan pengelolaan sel. Termasuk disini tentunya ke bunga, untuk membentuk pigmen warna. Trayek tetap aliran gula : Dari daun menyebar keseluruh bagian tanaman yang membutuhkan (cabang – batang – akar).

Grafting adalah masalah penggabungan dua bagian tanaman yang berlainan (sambung atau tempel), sedemikian rupa hingga merupakan satu kesatuan utuh dan tumbuh sebagai satu tanaman setelah terjadi regenerasi jaringan pada bekas luka sambungan atau tautan. Grafting adalah masalah fisiologis semata. Karena tanaman tidak mempunyai sistem antibodi seperti kita atau hewan lain, toleransi keberhasilan grafting menjadi sangat tergantung pada kedekatan perkekerabatan antara dua bagian yang disambung. Grafting mirip sambungan selang air dengan peralatan “shower” di rumah. Problem akan timbul bila ada perbedaan diameter selang dengan shower, seperti juga halnya bila cara menyambungnya jelek.

Grafting berpengaruh terhadap serapan air dan nutrisi bagi pembentukan kloropil. Kloropil berpengaruh terhadap produksi gula di daun. Ketersediaan gula berpengaruh terhadap bentuk sel bunga, intensitas, kecerahan, dan “warna” bunga. Grafting tidak berpengaruh atau merubah pola, pattern atau corak dasar bunga. Sifat keberadaan antosianin di pinggir petal, corong bunga, atau di urat bunga, ditentukan oleh gen (nilai plastisitas lingkungan nya rendah).

Bagaimana pengaruh grafting terhadap kemungkinan mutasi ?

  • Mutasi, secara mudahnya dapat diterjemahkan sebagai suatu perubahan dari apa yang seharusnya terjadi, akibat ada perubahan gen tanaman (urutan DNA). Ingat “one gen one enzym”. Gen berubah, enzym berubah, berubah pula reaksi kimia yang dihasilkan. Frase “akibat ada perubahan gen” sangat krusial, karena perubahan dari apa yang seharusnya, belum tentu akibat mutasi. Contoh, kekurangan nutrisi dapat merubah daun yang seharusnya berwarna hijau menjadi warna kuning pada pinggir daun.
  • Mutasi dapat terjadi secara alami (spontan), maupun karena buatan (dengan mutagent tertentu). Di alam, probabilitas terjadi mutasi 1 : 100.000 sampai 1 : 10.000.000 atau 0.001 % - 0.00001%.
  • Mutasi tanaman terjadi pada jaringan sel yang sedang aktif membelah diri, baik secara mitosis (tunas daun yang sedang tumbuh) maupun meiosis (saat pembentukan polen atau sel telur bunga). Mungkin karena sel-sel sedemikian sibuk membelah diri, hingga urutan DNA dalam gen menjadi mudah kacau …… “kemrungsung and ribet” sih.
  • Mutasi di tunas daun biasanya hanya nampak di sebagian tertentu dari tanaman. Misal : cabang sebelah kiri berbunga “double flower” namun cabang yang kanan berbunga normal. Mutasi di bunga, hasilnya akan nampak di seluruh bagian tanaman (kala benih yang dihasilkan tumbuh menjadi tanaman).
Kesimpulan, semakin sering sel dibuat dalam kondisi membelah diri, semakin besar probabilitas mutasi. Bukankah pruning dan grafting menciptakan kondisi dimaksud?. Artinya, memfasilitasi tempat tumbuhnya tunas-tunas baru tempat dimana mutasi dapat terjadi ? Bahkan kalau mau jujur, sapi yang merumput dipadang rumput, dapat dikatakan sedang memperbesar peluang terjadinya mutasi. Namun jangan dibilang, bahwa pruning, grafting, apalagi sapi, sebagai penyebab mutasi …….. he he he.

Point tulisan :
Mutasi dapat terjadi spontan atau karena buatan. Probabilitas terjadi mutasi alami 0.001% - 0.00001%
Mutasi terjadi pada jaringan sel yang sedang membelah diri (mitosis atau meiosis).
Pruning, grafting menciptakan peluang terjadinya mutasi, namun bukan penyebab mutasi.
Dari tulisan bagian I, II, dan III, apa yang dapat disimpulkan dari peristiwa grafting TT+DS = DS2 ?
  • 100 grafting, hanya 1 grafting TT+DS berbunga DS2. Patut diduga perubahan tersebut akibat mutasi.
  • Grafting tidak menyebabkan mutasi. Kalaupun dipaksain, grafting dapat merubah penampilan, maka perubahan tersebut tidak signifikan dan tidak awet. Apalagi kalau denger cerita, bahwa setelah jadi DS2, lantas disebar ke teman-teman untuk hadiah, apa ya batang bawahnya masih saja pakai TT. Kok eman-eman ya. Tapi kalau batang bawah pakai kamboja lokal, apa ndak takut DS2 balik lagi jadi DS. Lho ? Kok seperti bertentangan dengan teori Pak Mangoen ? Well, di tulisan bagian III semoga terjawab.
  • Mutasi dapat terjadi secara spontan pada bagian sel yang sedang memperbanyak diri, baik itu mitosis atau somatik seperti pada tunas daun, maupun meiosis saat pembentukan polen atau sel telur di bunga. Coba lihat kembali Pak Mangoen halaman 127 sebagai landasan statement beliau di halaman 132.
Grafting memfasilitasi tumbuhnya tunas baru (meristem), tempat dimana mutasi biasanya berlangsung. Namun bukan berarti, grafting penyebab mutasi.

Resume :
Kembali pada TT+DS=DS2 mas Tomo , yang patut diduga sebuah mutasi.
Timbul pertanyaan; kalau itu mutasi, apakah terjadi di seluruh bagian batang atas (bagian DS) hingga berbunga DS2 ? Apakah saat itu grafting satu mata tunas (budding) ?

Skenario pertama : mas Tomo menjawab, ya dulu memang budding. Satu mata tunas DS saya tempelkan pada batang bawah TT, tunas tumbuh menjadi cabang berbunga DS2, yang cepat sekali pertumbuhannya, hingga bisa dibuat banyak grafting lagi.
Kesimpulan: selamat , 1 dari 100.000 s/d 1 : 10 juta, apa ndak anugerah.

Skenario kedua : mas Tomo menjawab, bukan buding tapi V grafting biasa. Memang
hanya satu mata tunas batang atas (DS), tumbuh sebagai cabang berbunga DS2. Cabang lain tetap DS. Grafting ini, tumbuh cepat, pokoknya jagur , hingga dapat dibuat banyak grafting lagi, disebar ke banyak teman.
Kesimpulan : sekali lagi, selamat mas Tomo, 1 dari 100.000 s/d 1 : 10 juta.

Skenario ketiga : mas Tomo menjawab, pokoknya V grafting, terserah mutasi apa bukan, pokoknya TT+DS keluar DS2. Seluruh mata tunas batang atas (DS) tumbuh menjadi cabang berbunga DS2. Kalau ndak gitu, mana bisa saya bagi grafting ke banyak teman.

Kesimpulan : ????. Mohon diingat lagi, batang atas saat itu DS atau memang sudah DS2 adanya ?. Kalau dilihat seputaran tahun kejadian, apakah tidak ada kemungkinan batang atas yang digrafting ke TT, datangnya bareng-bareng dengan Pink Illusion milik alm. pak Frans – Gama Cactus.
Belum lagi, kalau itu memang DS mutasi ke DS2, tidak setiap mutasi bisa diperbanyak secara grafting. Salah-salah, justru akan membuat mutasi tersebut hilang …… seperti banyak kasus variegata yang setelah diperbanyak malah hilang.

Kesimpulan akhir, berpulang pada kejujuran jawaban mas Tomo masuk kategori skenario yang mana, 1, 2, atau 3 ?. Dan dengan ini, TT+DS=DS2 saya kembalikan ke mas Tomo. ……. Monggo. Lunas sudah …. PR dari mas Tomo. Kira-kira saya lulus ndak ya ?
Salam

Tharie Wie
www.omahijo.com

Suara hati berbisik : “disuatu tempat, somewhere, ada original DS2 atau Lovina atau Pink Illusion, tumbuh berasal dari benih, bukan karena proses graftin

Terimakasih kepada pak Agus Riyanto, Cilacap (pemilik Lovina) yang telah bersedia mampir ke pondok kami, Omahijo, hari Minggu tgl. 1 Juli 2007.

*) Mangoendidjojo W., 2003, Dasar-Dasar Pemuliaan Tanaman, Cetakan ke 5, Penerbit Kanisius, Jogyakarta, hal. 132)


Open Diskusi - ADENIUM OBESUM

Dear Adeniumania,
Di bawah adalah hasil terjemahan dan diskusi rekan-rekan semalam. Saya bukan pakarnya dan hanya menyalin hasil diskusi teman-teman.
Terima kasih atas kontribusi Pak Zai, Pak Tetra, dan Mas Tomo serta Pak Sutan serta rekan-rekan yang lain. Silakan didiskusikan lebih lanjut.Semoga bermanfaat. Siroji F. Basuki

THE GENUS ADENIUM IN CULTIVATION
PART 1: A.OBESUM AND A.MULTIFLORUM
MARK A.DIMMITT § AND CHUCK HANSON

§ Arizona-Sonora Desert Museum, §§ Arid Lands Greenhouses © No reproduction without consent of the authors

Adenum adalah genus dari sukulen spektakuler dari Afrika tropis dan Arabia. Spesies yang terbentang dari semak pendek hingga pohon kecil dengan batang bergelombang hingga stem setinggi sampai 15 kaki. Ukuran mereka yang menarik dimeriahkan oleh bunga, dan mekar dalam waktu yang lama. Di daerah panas,, mereka beradaptasi dengan cara menyimpan cadangan makanannya.
Tambahan :
Menurut informasi, Adenium dikenalkan oleh orang Jepang ke Indonesia, sehingga orang lebih mengenalnya dengan sebutan kamboja jepang. Apakah rekan-rekan ada yang punya referensi lebih jauh tentang hal ini ?

Beberapa penulis membuat hanya satu spesies pada genus ini, yaitu Adenium Obesum (Rowley). Yang lain membagi menjadi 6 atau lebih (plaizier, 1980). Setiap taxon dikenali sebagai species atau varietas, dibedakan berdasarkan sudut pandang hortikultura, dengan dasar kombinasi yang unik dari perilaku tanaman, siklus pertumbuhan, bentuk bunga, dan masa mekar. Kami (Dimmit red.) menjadikan taxa sebagai spesies hanya untuk memudahkan.
Tambahan :
Taxon itu arti prular/jamak dari taxa yang diberikan kepada suatu organisma atau group organisma yang mempunyai hirearki sistematik. Walau Dimmit menganggap semua taxa itu sebagai species, tujuannya hanyalah untuk memudahkan bukan menjadikannya dasar dari ilmu taxonomy.

Adenium obesum (Desert Rose)
Adenium obesum yang dimaksud sangat bervariasi pada kebiasaan pertumbuhan dan bunga. Ini terjadi pada seluruh Afrika dan banyak daerah di Sahara, dari Senegal ke Sudan dan Kenya. Kebanyakan tanaman ini tidak diketahui asalnya, sehingga tidak diketahui berapa banyak variasi alam yang ada. Beberapa tanaman yang terdokumentasi adalah dari Kenya Tenggara, kecuali A.o. var Coetanum yang dilaporkan dari Arabia.

Adenium obesum adalah tanaman semak. Bentuk batang semakin ke atas mengecil secara gradual dan keras ke atas atau, walaupun jarang, ada yang lemah dan bercabang. Tanaman muda mempunyai caudex/bonggol kecil, berbentuk seperti telur, dan pada habitat aslinya, tanaman yang sudah tua mempunyai caudex/bonggol yang besar. Tanaman dewasa hasil dari pemeliharaan, biasanya tidak mempunyai caudex besar.
Karena itu, spesies ini tidak melulu membahas bentuk caudex/bonggol dari pemeliharaan. Daun mulai rada sempit sampai amat lebar (namun tidak selebar multiflorum), dari warna cerah, hijau mengkilat sampai hijau buram.
Adenium obesum berjenis semi-evergreen: jika di tempat hangat dan air cukup, tanaman akan tumbuh dan sering berbunga sampai musim salju. Pada kondisi tersebut obesum menjadi dorman, biasanya sampai beberapa minggu setelah musim semi. Obesum juga tahan kekeringan atau dingin dengan menjadi dorman selama beberapa bulan hingga kondisi alam kembali normal.
Tambahan :
Pada kondisi musim di Indonesia harusnya obesum tidak mengalami dorman karena suhu dan cuaca Indonesia tergolong tidak ekstrim panas atau dinginnya.

Bunga berwarna pink pucat sampai warna merah tua pada bagian petal, selalu bergradasi hampir putih sampai ke leher bunga. Leher/corong bunga putih, kadang dengan merah redup pada benang sari. Jenis yang lain adalah benang sari yang panjang sama atau lebih panjang dari corong bunga. Ukuran bunga berkisar antara 6-7 cm (2 inci) pada diameter, tapi bisa bervariasi pada hasil silangan.
Kebiasaan berbunga bervariasi dan dipengaruhi oleh faktor genetik dan pemeliharaan. Bila tumbuh pada kondisi suhu dan ketersediaan air yang ideal, beberapa jenis berbunga selama 2 sampai 4 bulan; beberapa jenis bahkan berbunga terus menerus. Kebanyakan tanaman ini memperlambat pertumbuhan dan berhenti berbunga ketika suku melebihi 100 derajat F (atau sekitar 38 derajat C).
Tanaman dari biji biasanya vigor dan berbunga pada umur 8-12 bulan. Tanaman dari setek juga sama vigornya; dengan akar menjadi sangat besar dalam beberapa tahun dan dapat diekspose waktu tanaman direpotting sehingga tampil menarik. Dalam beberapa tahun, batang akan membesar sehingga mirip yang dari biji.

Sekedar menambahkan pict adenium a obesum, yang mungkin dijadikan referensi oleh Mark Dimmit untuk mendeskripsikan adenium obesum, pict dikirim oleh Pak Zai.
Salah satu contoh obesum lagi, ada link ini
http://home-andgarden.webshots.com/photo/2155901690100189820bhknSl .
Obesum red caudex from Kenya.
Kenapa ya obesum di negara kita berbeda dengan obesum di habitat aslinya? Faktor domestifikasi yang memerlukan adaptasi? wassalam, tomo

Pertanyaan mas Tomo : Kenapa ya obesum di negara kita berbeda dengan obesum di habitat aslinya? Faktor domestifikasi yang memerlukan adaptasi?
Sepertinya tidak akan terjawab. Karena sampai sekarangpun belum ada yang mampu menunjukkan type tanaman untuk A. obesum asal habitat asli. Kalau “type asal habitat asli” belum ketemu, perbedaan dengan obesum di Indonesia tentu juga tidak akan terjawab.
Dimmitt (1991) tidak secara jelas mendekripsikan jenis ini dan mengakui kesulitan untuk memilih type tanamannya :
“Adenium obesum even as narrowly defined here is a highly variable taxon in growth and flowering habits. ………… Most plants in cultivation are of unknown origin, so it is not known how much of the natural variation of this wide-ranging taxon is represented. …“
Dalam tulisannya (1991), ada keraguan beliau yang tercermin dalam frase kalimat : “See Rowley, 1987 for an excellent definition”
Banyak ahli mengalami kesulitan serupa dalam memilih type tanaman A. obesum.

“When grown to maturity, A. obesum, the most widely distributed species in the wild, may be the most morphologically variable and fantastic” (Fred Dortort, 2003)
“The desert rose is usually simply referred to as Adenium obesum, however, the fuller
name is A. obesum var obesum. In older literature desert rose may be referred to as A.
arabicum “ (McLaughlin et al, 2002)

Pendapat Dimmitt tahun 2005 (bisakah ini dianggap revisi pendapat tahun 1991 ??), pasti akan menambah seru diskusi :
“The taxonomy of the genus Adenium is particularly messed up. The type (originally described) specimen for the genus was named A. obesum, and that plant was from the southwestern Arabian peninsula. If you feel that there are several species in the genus, then none of the plants in Africa can be called A. obesum; they need another name. And there are probably three species on the Arabian peninsula, perhaps none of which is A. arabicum because most taxonomists have rejected the name as a synonym of Adenium
obesum. The plants in cultivation that we call A. arabicum are correctly callled A. obesum.”


Karena diskusi merefer orang yang sama (Dimmitt), ada baiknya pendapat terakhir dari beliau juga diikutkan dalam diskusi.
Salam

Tharie Wie
www.omahijo.com


Dia yang dari Republik Mimpi

Terobsesi adenium sebagai hiasan meja tamu, menimbulkan “keusilan” otak dan tangan. Ya …. seandainya saja ada adenium mini, daun mini, bunga mini ….. wuahh.
Minggu siang 10 Juni 2007, jam 13.00, tidak peduli rasa panas nan lembab, meluncur ke Jl. Kaliurang. Tujuan pasti, cari pot “ceper” kecil yang barangkali ada di Watuputih. Jam 15.00 sesampai di rumah lagi, langsung cari turunan “somalense arabicum”, dari poly-pot pindah ke pot ceper baru.
Bunga kecil sementara diwakili saudara sepupu adenium, Euphorbhia milii. Dandanan bunga pembanding diambil dari Red Crispum. Cepret-ceprat, jadilah gambar terlampir.
Mungkin seperti inilah jadinya bila si “seandainya” itu ……… dapat terwujud.
Kok jadi mirip adenium asal “Republik Mimpi” ….. ya ?.
Dan ‘kali adenium mini-berdaun mini-berbunga mini, adalah sebuah “temptation”…. .
Pancen apik.

Tharie Wie
www.omahijo.com

Adenium KUNING

Ketika ada temen chat kirim iklan nursery yg ada sebuah majalah,...cukup kaget aku. Ditawarkan adenium dgn bunga kuning....YELLOW ADENIUM...wuih indah...kuningnya tanpa ada goresan sama sekali.....belom hilang rasa kagetku dgn Doxon (double petal)...ini sdh ada lagi ..bunga kuning. Heubat ....pekikku. hasil karya anak manusia. Nah di tawarkan 150K, Indent (kayak beli mobil), pake di undi (limeted stock), akhirnya blom liat barang sdh harus bayar 50%, selanjutnya harus sabar 3 bulan lagi u dapat si kuning. Kayaknya blom hilang dr ingatan kita tentang si bunga hitam....dan sdh di bahas habis oleh omahijo. Nah Mbak Thary tolong donk.....biar kita-kita gak keblondrok 150K itu bisa u beli beras 20 kg. thanks Salam, Giras

Dear Adeniumania,
Komentar pertama persis sama dengan mas Sigit, … hebat .. selamat datang adenium kuning. Belum sekuning bunga alamanda memang, tapi tanda-tanda ke arah itu sudah ada titik terang.
Masih seperti yang dulu, hemat saya warna kuning pada adenium berasal dari keluarga antosianin, yaitu flavonol (warna kuning pucat) dan bukan dari karoten (kuning – orange). Tanda-tanda kehadiran “kuning” (flavonol) pada petal sebenarnya sudah muncul pada jamannya White Pink Silk, White Wing, Pawina dan Samran Pink. Hanya saja intensitasnya kurang. Nah karena sekarang sudah ada yang berhasil mendapatkan adenium kuning, tugas kita kedepan hanya tinggal mengintensifkan warna kuning tersebut. Mengawinkan dengan bunga ber gen ii untuk menambah intensitas kuning atau sebaliknya.
Sedikit catatan, biasanya pigmen flavone pada adenium akan memberi warna kuning pucat, namun lama-kelamaan berubah menjadi pink (lebih baik disebut dengan kemerahan saja ya supaya “peace” ) sejalan dengan bertambah usia bunga atau bila terkena sinar matahari secara intens.

Tapi saya nggak dan belum tahu banyak tentang adenium kuning yang ada dimajalah itu. Jadi ya tidak bisa komentar banyak.
Saran saya …. cepat-cepat indens, paling tidak jadi anggota 1001 orang pertama pemilik adenium kuning di Indonesia. Paling tidak kita akan menang waktu lebih dulu dan dapat meng HP si kuning dibanding yang lain.

Tharie Wie
www.omahijo.com

Jumat, 14 Maret 2008

Seleksi Buah

Salam Kenal,
Saya penggembira ADENIUMANIA lebih dari 1 taon.
Ingin tanya :
- Jika pada 1 rumpun bunga terjadi pembuahan hingga 3-4 pasang tanduk/polong, apa yg harus dilakukan? dibiarkan atau dipotong/disisakan 1 pasang tanduk.
- Apakah ada pengaruhnya pada kualitas biji pada tanduk tsb jika dibiarkan saja ?
Terima kasih semuanya. Wassalam. Kanung /Blora


Dear Friend,
Mirip dengan tabulampot, penjarangan buah kadang diperlukan agar dihasilkan kualitas buah yang optimal. Sayang tidak ada rumus baku bahwa tanaman setinggi atau sebesar sekian sebaiknya jumlah buah harus sekian.

Teorinya :
  • Fotosintat (hasil asimilasi) dari proses fotosintesa di daun atau sel-sel fotosintetik lain, akan ditranslokasikan ke bagian-bagian tanaman yang membutuhkan. Baik untuk pertumbuhan vegetatip (akar, batang, daun) atau reproduksi (bunga, buah, biji). Sisanya akan disimpan sebagai cadangan makanan (akar, batang, daun).
  • Organ yang butuh fotosintat senantiasa saling berkompetisi untuk mendapatkannya, apalagi bila ketersediaan fotosintat lebih kecil dari kebutuhan. Yang sering terjadi cadangan makanan terpaksa harus dibongkar, organ yang tidak urgen kadang harus dibuang (gugur atau dirontokkan oleh tanaman). Umumnya organ reproduksi (contoh saat proses pengisian biji) lebih dominan dalam berkompetisi dibanding organ vegetatip (pertumbuhan pucuk baru). Oleh karena itu fotosintat yang baru terbentuk maupun yang tersimpan, lebih dimanfaatkan untuk meningkatkan berat biji.
  • Dalam keadaan normal, laju fotosintesis (banyak sedikitnya fotosintat yang dihasilkan) dipengaruhi oleh kebutuhan organ yang membutuhkan fotosintat. Semakin banyak kebutuhan maka semakin tinggi laju fotosintesa. Laju fotosintesa akan berkurang sampai sesuai dengan kemampuan organ menerima fotosintat memanfaatkannya.
Berdasarkan hal tersebut di atas, penentuan jumlah tanduk sebaiknya dilihat pula dari kesehatan tanaman dan sedikit banyaknya keberadaan sel-sel fotosintetik.
Dalam satu pohon saya biarkan ada 30 pasang tanduk. Tanduk tumbuh bagus, kualitas ok punya, namun setelah panen, tanaman itu jadi klenger, pertumbuhan hampir-hampir berhenti - dorman. Rupanya tanduk-tanduk tersebut benar-benar menguras energi tanaman.
Kadang juga tanaman tahu diri, kalau tidak mampu memberi energi pada tanduk-tanduk maka sebagian tanduk akan rontok sendiri. Hanya sayang hal ini sering terlambat, hingga tanduk-tanduk yang masih tersisa terlanjur tumbuh kurang optimal.
Paling aman, untuk tanaman yang relatip kecil setiap cabang sekunder sebaiknya maksimal hanya ada satu tanduk. Tanaman yang lumayan besar, sehat maka dalam satu cabang sekunder dapat digelayuti 2 pasang tanduk.

Semoga bermanfaat.

Tharie Wie
www.omahijo.com


Rabu, 12 Maret 2008

VETSIN = PUPUK ?

Mau tanya nih, saya dikasih tahu teman kantor, katanya vetsin, mecin or penyedap rasa itu bisa dijadikan sebagai pupuk.
Apakah benar? Apa saja kandungan kimia yang terkandung di dalamnya?
Ohya, dikantor tempat kerja banyak carbon aktif untuk media filter air. Saya gunakan itu untuk campuran media tanam adenium, dengan perbandingan carbon aktif,pasir bangunan, kompos 1:1:1..
Bagaimana? apakah ada efeknya... Samakah carbon aktif dengan sekam bakar? chen joe

Vetsin (Monosodium Glutamat atau MSG) adalah garam natrium dari asam glutamat. Dibuat dari proses hidrolisa tanaman tebu.
Kalau dari segi keampuhannya sebagai pupuk, tidak jauh beda dengan urea. Secara ekonomis nggak dianjurkan pake vetsin kalo punya kebon ratusan pohon, perlu berapa sachet ajino..tiiiit (sensor)...? satu-dua pot sih oke2 aja. Alih2 bukan masakan didapur yang sedep, malah media tanaman yg jauh lebih sedeep..
Karena komponen kimia yg diambil tanaman adalah Nitrogen dan Nitrat, maka "pupuk" ini lebih dipakai untuk tujuan pertumbuhan daun, jadi lebih banyak dipake aglosnemos frentos daripada adeniumania.
Penjelasan menganai karbon kurang lebih analog dengan Vetsin. Kalau ada 2 pilihan bahan yg identik pilih saja bahan yang lebih mudah dan murah didapat. Argy

Dulu saya pernah dengar nasihat dari penjual pupuk organik…”Untuk mengaktifkan mikro organisme yang terkandung didalam pupuk organik cair ini adalah dengan cara dicampur dengan larutan : Tetes Tebu atau Air Gula atau Bumbu Penyedap yang mengandung tetes tebu”.
Katanya sih untuk membangunkan bakteri/mikro organisme postif yang ada dalam botol tsb.
Trus menurut penjelasan Ibu Tharie, urea akan diserap oleh tanaman jika bisa diubah oleh organisme-organisme tsb.
Apakah karena vetsin ini membangunkan mikro organisme yang ada di media(kompos) sehingga mampu mengurai pupuk-pupuk kimia yang efek selanjutnya menjadi menyuburkan tanaman ???
Lho kok malah nanya ???
He…he..sori Pak Chen Joe & Boss Argy, saya bukan menjawab pertanyaan, tetapi malah menambah Daftar Pertanyaan.
Karena saya juga sering dengar pengaruh vetsin ini….tetapi belum pernah nyoba disiram ke tanaman secara langsung…baru sebatas saya campur ke pupuk organik cair trus baru disiram ke media….So Far So Gut…Top Markotop - Gut Mar So Gut.
***Apakah sama : Mikro organisme = bakteri = bakteri positif (opo maneh yo iki ???) = bakteri negatif = mahluk mungil dalam tanah…dll…dst.
***Apakah benar dalam pupuk organik cair mengandung mahluk-mahluk tsb ???
HENKY - Balikpapan

Rekan-rekan..
Sifat utama arang aktif adalah mempunyai daya serap cairan yang tinggi. Nah pemanfaatannya tinggal kita sesuaikan dengan kebutuhan dan sifat menonjol arang aktif tersebut.
Pada beberapa kasus tanaman, arang aktif dapat menyulut pemunculan akar. Dari 5 potongan bonggol alocasia yang saya olesi arang aktif ( norit ) ternyata mempunyai pertumbuhan akar lebih cepat dan bagus dibanding yang diolesi hormon auksin ( 5 potong ), maaf sedikit OOT . Jangan diterjemahkan arang aktif lebih bagus dibanding auksin dalam merangsang akar lho !
Arang aktif dan sekam bakar bisa dikatakan sama, hanya beda kualitas menyangkut daya serap air. Arang aktif jauh lebih higroskopis dibanding sekam bakar dan melalui tahapan proses yang sedikit lebih sangkil. Dan ini tercermin dari harga.
Tentang vetsin …….. udah diuraikan bos Argy.

Tharie Wie
www.omahijo.com


Selasa, 11 Maret 2008

Warna BUNGA & Tingkat KEASAMAN

Hari Senin sore kemarin bersama Gallo & Nadjwa, saya iseng-iseng membuat percobaan “ Pengaruh keasaman terhadap warna bunga “
  • A. Kami kumpulkan beberapa bunga warna merah seperti Red Dusk, Prominent, Red Ferari, dan Sonoma.
  • B. Kumpulan bunga tersebut kami campur air dan diremas-remas hingga air berwarna kemerahan akibat larutnya pigmen antosianin bunga dalam air.
  • C. Setelah disaring, kami tampung air perasan bunga yang berwarna kemerahan tersebut dalam gelas. Sampai disini Gallo berkomentar : wah bisa dipakai sebagai cat air. Si bungsu bilang, persis obat batuk rasa strawberry.
  • D. Untuk memudahkan melihat pengaruh keasaman, air perasan bunga kami tampung dalam “ex. tabung percobaan” Wied.
  • E. “ Ayo Nadjwa tabung paling kiri ditetesi pake ini ya….” ( air cuka / asam asetat ). Abragedabra ….. warna berubah menjadi merah cerah. Lebih cerah dibanding tabung di tengah (tanpa perlakuan)
“ Kakak Gallo , tabung paling kanan ditetesi juga .. tapi pakai yang ini ..” ( soda kue /sodium bicarbonat) . Abragedabra ….. warna pun berubah menjadi merah gelap. Lebih gelap dibanding tabung ditengah (tanpa perlakuan).
Kok bisa ….. ?, komentar mereka serempak. Nah yang satu ini membuat saya bingung bagaimana mesti menjelaskan ke mereka.

Dengan agak sedikit muter-muter sana-sini, intinya saya jelaskan ke mereka bahwa warna bunga yang sering kita lihat dipengaruhi oleh kondisi keasaman cairan dalam bunga. Mungkin saja suatu saat tanaman yang sama akan berbunga dengan warna yang sedikit berbeda antara musim kemarau dengan musim hujan. Pertanyaan mereka malah jadi berkembang, apa itu keasaman, apa itu cairan bunga, apa itu basa ? Waduh …. ??!!@$%# …

Ditengah beres-beres peralatan, sekonyong-konyong si sulung pengidap ‘autis’ datang dengan sebotol pemutih pakaian (sodium chlorate) ? “ Satu lagi Gallo.. yang tengah ditetesi pakai ini..” ucap Wied sambil mengasongkan pipet berisi cairan pemutih.
Begitu diteteskan cairan pemutih , wwussshhh …….warna merah di tabung tengah berangsur-angsur berubah menjadi merah cerah – orange – kuning – dan akhirnya menjadi putih bening. “ wuih….yang ini lebih aneh lagi ya ... “ kata Gallo. …Ya.. iya lah……..

“ Hmmmm… , sekarang ditetesi apa lagi ya..” si ‘autis’ lirik kanan lirik kiri…
“ Sudah… bubar… sudah selesai.. jadi ke Mc D tidak ? ” saya buru-buru mempercepat beres-beres peralatan.

Capeeeeekkkkkk dech……..

Tharie Wie
www.omahijo.com

GEN ABSTRAK

Rekan-rekan…
Mumpung anak-anak sedang liburan sekolah, ada banyak waktu luang untuk berlarut-larut ketak-ketik di depan computer ( moga-moga anak paling sulung saya tidak njegadul… ) berikut satu topik yang moga-moga bermanfaat, dibuka kelas ‘kembali ke adenium’ , he..he..he..
Mungkin kita sudah terlalu sering mendengar kata “gen” saat berbicara masalah penurunan sifat (trait) induk ke anak. Tapi apa sih sebenarnya gen itu ?
Ada dua konsep perihal gen, abstrak (tapi ini bukan mimpi) dan yang satu adalah konsep nyata secara fisik.

Konsep abstrak adalah cara pandang yang dipakai saat kita bicara dan menghubungkan gen dengan sifat (trait) tertentu. Lho ? Bagaimana ini, kok abstrak ?
Konsep gen abstrak sering dibilang orang dengan istilah gen-P, huruf “p” kependekan dari “phenotype” (kenampakan fisik yang dapat kita amati dari suatu organisme, sebagai efek dari keberadaan gen). Artinya, konsep ini menengarai keberadaan gen dari efek yang tampak pada phenotype, dan bukan dari kadaan fisik gen itu sendiri. Mirip saat kita bicara tentang elektron atau atom, dari efeknya semata, bukan dari melihat fisik atom itu sendiri. Siapa sih yang pernah melihat atom atau elektron dalam ujud fisiknya ? Tidak pernah ada yang melihat, tapi itu pasti ada. Nyatanya kita bisa memanfaatkan atom dan elektron, meski hanya mengenali dari efeknya saja. Demikian pula dengan konsep gen-P.

Lantas bagaimana cara mengenali bahwa gen A mempengaruhi phenotype bunga adenium ? Amati dari sifat yang paling simple dulu. Mari kita belajar dari cara pak Mendel mempelajari gen. Beliau tidak pernah buru-buru, sabar dan tekun. Semua dimulai dari detail sederhana, pilah masalah yang rumit (kadang kita sendiri yang membuat rumit sih) menjadi rangkaian tahapan penelitian yang saling berkaitan. Nah lo ? Aplikasi di adenium?

Alih-alih mencurahkan perhatian bagaimana kemungkinan jadinya persilangan antara Explora x Harry Portter, beliau akan memilah permasalahan menjadi lebih sederhana.
Misal : gen apa yang mengatur sifat flare merah pada tengah petal bunga HP dan Explora. Sifat-sifat lain jangan dipedulikan dulu, seperti sifat picotee pada si H Portter atau sifat urat-urat bunga warna merah di Explora. Metode yang sederhana : silangkan H Portter x bunga putih (Pawina misal), H Portter x bunga merah (Red Dusk misal), H Porter x Troya, dst, dst. Pelajari sebaran hasil pada anakan, dan sekali lagi ingat, hanya melulu amati penurunan sifat flare merah saja. Lakukan pula hal yang sama untuk sifat (trait) bunga yang lain, atau trait-trait lain seperti mudah bercabang, multi stem, dst, dst.

Dari rangkaian persilangan sederhana, gabungkan tahapan penelitian menjadi rangkaian akhir menyeluruh. Saya yakin, kita semua akan sampai kesimpulan, bahwa ada banyak gen yang menentukan bunga adenium. Ada gen struktural, yang mempengaruhi intensitas pigmen, ada gen regulator yang mengatur kehadiran pigmen ditempat tertentu dalam wujud tertentu. Ternyata ada gen regulator yang berbeda antara yang dipetal dengan yang dicorong bunga. Ternyata ada join pigmentation antara warna bunga dengan warna hipokotil pada seedling, dst, dst. Suatu saat isi diskusi milis ini adalah cocok-cocokan, ditempatku A x B jadi ini, B x C jadi ini, akhirnya dari Adeniumania terkumpul catatan gen adenium. Semoga ini bukan mimpi........
Kalaupun misalnya kita tetap tidak mampu mengenali masing-masing gen dan pengaruhnya pada sifat tertentu, dari cara tersebut di atas saya yakin, dapat dipakai untuk memprediksi “kemungkinan” sebaran sifat anak dari suatu persilangan tertentu. Dan ini yang lebih penting, sama juga dengan pentingnya kesabaran dan ketekunan.
Bagaimana dengan konsep gen-fisik secara nyata ? Mudah-mudahan lain kesempatan dapat kita bahas.
Salam dan semoga bermanfaat.

Tharie Wie
www.omahijo.com

Senin, 10 Maret 2008

SELFING

Mohon lebih diperjelas Mbak Tharie apa itu perkawinan sendiri (selfing), maklum rada bolot kalo urusan beginian, terima kasih. Salam, A. Hafidz

pak Hafidz tidak bolot sendirian, saya juga bingung dengan pengertian perkawinan sendiri seperti yg dipaparkan oleh ibu dosen Tharie. Salam. Irwan sie

Rekans,
Selfing ? Bisa diterjemahkan sebagai penyerbukan sendiri (self polination). Resminya, selfing merupakan penyerbukan stigma oleh polen yang berasal dari satu bunga pohon yang sama.
Lawan dari selfing adalah penyerbukan silang atau crossing (cross polination). Yang resminya, merupakan penyerbukan stigma oleh polen yang dapat berasal dari bunga lain satu pohon, atau bunga lain dari pohon lain, atau bunga lain dari pohon jenis lain (species lain, genus lain). Hibryd pasti cross polination, tapi cross polination belum tentu hybrid.
Sistem penyerbukan di atas memempunyai implikasi terhadap sistem atau metode seleksi tanaman. Semoga bermanfaat.

Tharie Wie
www.omahijo.com

Apakah benar selfing lebih sulit berhasil, dibanding cross polination/hibrid? Beberapa kali coba lebih sering berhasil kalau hibrid, atau kebetulan aja ya .......BR

Saya coba cross polination sampai sekarang malah belum pernah berhasil,
tapi coba selfing dengan cara ditiup pake spayer malah banyak memunculkan tanduk.Salam, Andana

Dunia ini memang kadang kebalik-balik. Di tempat pak Singgih dan pak Andana, begitu gampangnya adenium terjadi selfing. Sebaliknya di tempat saya sungguh sangat sulit untuk selfing adenium. Sama dengan yang terjadi di tempat eyangnya Adesijo, karena keberhasilan kurang dari 1 % (itupun hanya pada jenis adenium tertentu), saya tidak pernah mencobanya lagi (kecuali jenis varian terbaru, sekedar untuk “test”).
Kalau ditanya mengapa di tempat pak Singgih dan pak Andana bisa terjadi ? Saya tidak tahu jawabnya. Persis seperti saat ditanya perihal metode polinasi “ucek-ucek”, saya kutipkan mail terdahulu, saat itu pak Merta memulai diskusi polinasi (terlampir).

Tharie Wie
www.omahijo.com

Lampiran :
Mas Merta & Rekan-rekan,
Meski belum pernah lihat sendiri kebun adenium di Lampung, namun banyak sahabat saya di sana bercerita tentang adenium lampung.
Dari cerita tersebut dapat ditarik kesimpulan, kemudahan berbuah beberapa strain obesum di Lampung terjadi karena proses seleksi yang mungkin tidak disadari. Awalnya hanya beberapa pohon saja yang dapat berbuah alami. Yang lain berbuah dengan metode “ucek-ucek”. Siang hari saat matahri terik, bunga diucek-ucek.
Pohon yang gampang berbuah (hibrid A) cikal bakalnya berasal dari pohon impor yang mereka beli dari Medan . Anakan hibrid A ini ternyata beberapa diantaranya juga mudah berbuah. Bersama induk dan anakan hibrid A (yang gampang berbuah) mereka sendirikan (seleksi rumpun) untuk dijadikan master. Proses ini dulang-ulang hingga mungkin dapat dikatakan telah terjadi “strain” baru obesum yang mudah berbuah secara alami (kita sebut strain A). Hebatnya lagi turunan strain A bersifat vigor, bonggol cepat besar, cocok untuk batang bawah. ………………

Penyerbukan Buatan

Saya ingin mengajukan beberapa pertanyaan sbb :
  1. Apakah crossing HP yg dilakukan harus dgn tanaman original?? Bagaimana efeknya bila dilakukan thd grafted plant??
  2. Berapa persen kah karakter pohon dan bunga hasil cross HP akan mengikuti ibu, dan berapa persen mengikuti bapak??
  3. Pada tingakatan generasi ke berapakah hasil bunga akan stabil??
Demikian pertanyaan saya, terimakasih atas pencerahan dr para suhu. Salam adeniumania, Bambang Djatmiko


Eyang kakung wrote :

1 Apakah crossing HP yg dilakukan harus dgn tanaman original?? Bagaimana efeknya bila dilakukan thd grafted plant??

Maksud Original di sini mungkin true Bloodnya atau yang Non graft. Jika untuk mendapatkan hybrids baru akan lebih baik kalau non graft karena belum ada campur tangan dari gen yang dibawa dari Rootstock .Hasilnya akan murni . Sepengalaman saya untuk hand Pollinate , jika disilang melalui grafted plant , kadangkala akan terbawa gen darirootstocknya. Tapi ini tidak selalu ya. Efeknya jika dgn grafted plant " Biasanya " akan sedikit ikut terbawa , misal 2 buah White big ben grafted plant jika disilang " kadangkala " akan terbawa sedikit warna ngepink dari rootstocknya . Prosentasenya ?? tidak merata ..Mungkin rekan lain ada yang mempunyai pengalaman berbeda.

2. Berapa persen kah karakter pohon dan bunga hasil cross HP akan mengikuti ibu, dan berapa persen mengikuti bapak??
Biasanya prosentase mengikuti Parent ibu lebih besar .. Tapi ada satu silangan Harry Potter x Arabicum Yemen mempunyai keunikan sendiri dgn Bonggol yang sangat besar dan batang mengikuti trah obesumnya ..

3. Pada tingakatan generasi ke berapakah hasil bunga akan stabil??
Setahu saya F5 akan kembali ke Normal . F1 biasanya warna belum permanen , Stabil biasanya pada f2 - f3.


Zai wrote :

1. Apakah crossing HP yg dilakukan harus dgn tanaman original?? Bagaimana efeknya bila dilakukan thd grafted plant??
Tidak harus.. semua jenis termasuk species dan hybrid sebagian besar bisa disilangkan (crossing).. bahkan untuk anggrek bisa cross intergenus (intergenera) . Bunga Grafted plant mewariskan gen asli dari bagian tanaman yang digrafted.. sama perilakunya dengan stek atau tanaman original yang bukan grafted. Grafted merupakan klon yang sifat genetisnya sama dengan tanaman asalnya. Tidak ada efek genetis batang bawah terhadap sambungan.

2. Berapa persen kah karakter pohon dan bunga hasil cross HP akan mengikuti ibu, dan berapa persen mengikuti bapak??
Sang Pencipta Maha Adil, sifat genetik (genotip) diwariskan oleh kedua induknya secara adil 50% induk betina 50% dari induk jantan.. Sel bakal biji (ovum) menyimpan sebagian jumlah kromosom (n) yaitu setengah dari jumlah sel sempurna normal (2n).. begitu juga dengan serbuk sari.. ketika keduanya bersatu.. membentuk bakal individu baru yang jumlah kromosom juga sempurna (2n).. 1n dari induk jantan dan 1n dari induk betina. Sifat yang akhirnya terlihat (fenotip) tergantung kombinasi sifat gen yang dibawa dari kedua tetuanya.

3. Pada tingakatan generasi ke berapakah hasil bunga akan stabil??
Hybrid yang stabil dalam arti bahwa anaknya juga bakal memilki sifat genotip dan fenotip yang hampir sama (nearly identic).. Bisa diperoleh dengan melakukan perkawinan sendiri sehingga menghasilkan turunan yang homozygote. Artinya jika sel individu yang 2n tersebut membentuk sel telur/bakal biji dan sel kelamin jantan (keduanya disebut sel kelamin), maka akan terbentuk sel yang jumlah kromosomnya n yang mewarisi sifat yang sama.. jika individu AABBCC membentuk sel kelamin ABC dan ABC yang persis sama.. jika keduanya kemudian dikawinkan self akan terbentuk individu yang sama dengan induknya yaitu AABBCC. Jika dikawinkan dengan individu lain yang juga homozygot maka akan menghasilkan turunan F1 hybrid yang sangat
seragam (keragaman tinggi). Cara begini ditempuh pemulia kelapa sawit dengan memurnikan (homozygot) sifat genetik induk varitas Dura = D (buah gede, daging buah tipis (minyak dikit), biji besar, cangkang tebal) dan Pisifera = P (buah kecil, daging buah tebal, biji> hampir tidak ada, cangkang tidak ada).. Produksi kecambah hybrid (DxP) akan lebih homogen jika makin banyak perkawinan self (pemurnian) induknya dilakukan.. Pada sawit 5 generasi self pollination cukup bagus untuk menghasilkan hybrid kualitas baik yang sangat seragam.

BTW buat adenium.. keseragaman turunan untuk apa ? Jika sifat fenotip yang "stabil" yang Mas maksud adalah yang tidak ada hubungan dengan genetik.. maka sekali silang saja (1 generasi) turunanya sudah dapat cetakan dari Ilahi, misalnya jika cetakan (DNA) dia AABBCC maka dia akan menunjukkan kenampakan fenotip yang AABBCC. jika kondisi lingkungan tetap normal, tidak sakit, tidak kurang makan.. maka kita akan melihat dia memperlihatkan sifat fenotip yang stabil.. percaya ?

Tharie wrote :

1. Grafting vs original
Tentang ini, saya masih berpegang pada prinsip “ grafting tidak merubah genetik batang atas, tapi grafting memfasilitasi “kemungkinan” terjadinya perubahan genetik batang atas, entah terjadinya kapan”.
2. Bapak vs Ibu
Setuju dengan 50 % bapak dan 50 % ibu. Tapi untuk tanaman, ada satu yang sering dilupakan. Apa itu ? Dalam dunia tanaman, penurunan gen (sifat) ke anak dapat terjadi melalui inti sel maupun plasmid sel. Saat polen dan stigma bersatu, turunan memperoleh sifat 50 bapak : 50 ibu, its OK.
Eeiiit …. jangan lupa, si ibu sebenarnya juga meneruskan gen yang terdapat di plasmid (gen choloroplast) ke anak. Dan hanya ibu yang bisa melakukan ini, bapak mana bisa ….. weekk!!!. Di tanaman ada istilah “patternal inherittance” (ini yang dimaksud 50 bapak : 50 ibu) dan “maternal inherittance” (yang ini asli 100% ibu). Maka ada nasehat, kalau melakukan persilangan harus bolak-balik, mungkin dilandasi pemikiran “matternal inherittance”.
Kata orang bijak : “hormatilah ibu bapakmu” itu 100 % benar adanya. Ibu dulu baru bapak, berlaku juga untuk tanaman ... ha..ha..ha..betul begitu bang Zai ?.

Masalah kita adalah, mengenali apa saja sifat bapak- sifat ibu yang turun melalui biji (patternal inherittance), dan apa saja sifat yang diteruskan melalui chloroplast ibu (matternal inherittance).
3. Generasi Stabil
Hybrid stabil ?? Hybrid yang stabil dalam arti bahwa anaknya juga bakal memilki sifat genotip dan fenotip yang hampir sama (nearly identic). Kalau yang dimaksud dengan “nearly identic” adalah “tingkat keseragaman” saya setuju banget.
Lebih lanjut, mungkin yang dimaksud tulisan bang Zai dengan : … nearly identic).. Bisa diperoleh dengan melakukan perkawinan sendiri sehingga menghasilkan turunan yang homozygote
Supaya tidak rancu, sedikit tambahan dapat dituliskan sebagai berikut :
“… nearly identic) Bisa diperoleh dengan melakukan perkawinan antara dua tetua yang berbeda, namun masing-masing mempunyai genotype homozygote “.
Frase kata “antara dua tetua yang berbeda” menjadi penting, karena hybrida adalah istilah untuk perkawinan antara dua tetua yang berbeda (meski itu hanya berbeda dalam 1 aspek kecil saja). Kalau tidak beda, namanya “selfing”.
Maksud tetua ber-genotype homozygote, katakan tetua 1: AABBCC dikawinkan dengan tetua 2 : aabbcc (kedua tetua ini beda, tapi masing-masing homozygote), anaknya (atau hasil silangannya, atau hibryda nya) pasti seragam sifatnya AaBbCc.
Mungkin begitu yang dimaksud bang Zai ……
Hybrida stabil = Tetua 1 (nearly homozygote) x Tetua 2 (nearly homozygote).
Masalah yang dihadapi di adenium adalah :

1) Sehubungan dengan sifat adenium yang “self incompability”. Sangat sulit untuk melakukan perkawinan sendiri (selfing).
2) Adenium yang ada saat ini hampir semuanya hibrida (heterozygote), jarang ada yang spesies. Saya termasuk yang beranggapan, bahwa bahkan adenium speciespun secara alami sudah hybrida dari sononya. Istilahnya, “homogen-heterozygote”. Mungkin kelihatan sama, tapi genotypenya ada perbedaan, meskipun kecil. Ya itu tadi, karena masalah “self incompability
Masalah ini, akan menjadi kendala dalam menghasilkan calon tetua yang homozygote. Paling tidak butuh waktu lama. Lewat seleksi “silang balik terpilih”, katakan sampai generasi F5. Kalau mau lebih nearly homozygote, sampai F8. Tetua-tetua homozygote tersebut kemudian dipakai untuk menghasilkan hibyda stabil (?).

Bahan renungan. :
Dalam rangka mencari hybrida baru (tidak harus stabil, tapi bagus), kita butuh tetua-tetua dengan tingkat variabilitas genotipe yang tinggi (betul ?). Kalau semua tetua homozygote (variabilitas genotype kecil), Kapan dan bagaimana kita akan memperoleh hibrida baru ?
Apa gunanya kita menghasilkan hybrida stabil berujud Harry Portter ? Lebih baik dapat menghasilkan hybrida non stabil, tapi berbunga lain sama sekali dengan yang sudah ada, tinggal diperbanyak dengan grafting.
Bagaimana metode seleksinya …..? Ayo kita pikirkan bareng-bareng ……

Zai wrote :

Ya benar mbak.. Begitu maksudnya.. untuk dapat hybrid yg stabil prosesnya :
selfing induk agar jadi homozygot --> perkawinan dua tetua homozygot = hybrid yg stabil..
Untuk sawit selfing biasa hanya dilakukan pada induk Dura yang dijadikan sebagai induk betina, kawin bolak balik ga bisa.. karena pisifera buahnya ga normal, banyak steril karena ga bercangkang dan hampir tak berbiji. Untuk menghasilkan turunan sawit varitas Dura x Dura sampai turunan ke 5 (F5) bisa butuh waktu 20 tahun atau lebih. Proses yang lama tapi sangat berarti untuk produksi sawit, tapi buat apa untuk adenium ? selfing 5 generasi perlu waktu paling tidak 50 bulan...

Busuk Tanduk Adenium

Lama aku belajar hp bunga yang sewarna sampai psm 1, sampai entah habis puluhan bunga yang terobek sia2.... (aka cuma satu dua yang jadi tanduk).... setelah psm 2 kemarin, aku nyoba2 hp antar jenis adenium, hasilnya, udah pada keluar tanduk muda... gotcha..... ternyata lebih mudah menyilangkan adenium dengan bunga yang berbeda ( trial : fragnant star x arabicum ; fragnant star x miss thailand ; fragnant star x adenium klasik).
Agar tanduk tadi bisa sampai dipanen, bagaimana mengatasi busuk tanduk yang
dimulai dari ujungnya ? apakah harus diberi tambahan kalium ( MKP ) ? salam, Dodi Andreas

Mas Dodi,
Dulu saya juga sering bingung dengan busuk tanduk. Ternyata di tempat saya si pembawa ulah adalah “lalat buah”. Dia paling senang dengan buah muda, nggak tahu kenapa mungkin “nyidham” kalee …. Tapi yang tua pun juga mau.
Mungkin bisa dicoba pasang perangkap untuk lalat tersebut. Siapa tahu problemnya sama dengan yang di Mino . …. Dengan uang sekitar 20 rb, kita dapat mengamankan daerah seluas 4000 m2 lebih, dari serbuan lalat buah. Murah meriah ….
Kalau belum berhasil pula barangkali ada penyebab lain busuk buah tersebut, seperti :
  1. Serangan jamur, biasa terjadi di musim hujan. Atasi dengan fungisida
  2. Malnutrisi, fruit set menyebabkan kompetisi pasokan karbohidrat dengan organ lain tanaman. 3. Sebenarnya kalau pupuk dan air kecukupan, busuk buah jarang terjadi.
  3. Genetis, bisa jadi itu merupakan bentuk “incompabillity” atau masalah hormonal. Misal silangan arabicum dengan yang lain vice versa, pod pecah sebelum waktunya dan mengundang datangnya jamur. Beberapa kasus dapat diatasi dengan penyemprotan hormon giberelin.
Selamat panen raya ……

Salam,   Tharie Wie
www.omahijo.com

Blorok, Mozaik Virus ?

Rekans,
Bunga biasa jadi luar biasa.. ada apa dengan dia ?
Foto ini saya ambil di tukang kembang jalan2 cari media. Penjual sengaja mengasingkan satu pot adenium yg istimewa.. blorok itu istilah teman2
Interesting. . ternyata bukan bunga saja yang blorok (mosaic) ternyata daun juga menunjukkan pola2 blorok.
Ada apa gerangan ? sakit kah ? Virus kah ? berbahaya kah ?
Interesting. . bisakah ditularkan untuk membuat perubahan pada bunga lain.. Tapi jika berbahaya.. wah tentu ga baik..
Pak Tri.. mohon pencerahannya. .Trimakasih - Zai

Bahaya atau ndak, baru disadari kalau HP, Ipanema, etc, etc yang ada di rumah mendadak ikutan blorok.
Sekarang bisa dianggap unik. Sampai tiba waktunya HP tidak lagi HP, EOS tidak lagi EOS. Sejauh mata memandang, hanya ada blorok
Pilihan ada di masing-masing. Ganggeng Kanyoet

Melengkapi gambar bang Zai, berikut gambar blorok-blorok lain yang sempat saya foto. Gambar diambil dari tiga lokasi (kebun) berbeda.
Sekedar alasan praktek budidaya, sulit diterima rasanya kalau dilihat kesamaan dampak diantara 3 lokasi berbeda. Tapi kalau memang karena virus (dugaan sementara), betapa cepatnya penyebaran itu.
Kabar lain, adenium yang ditanam dekat kebun lombok, juga bisa tertular virus keriting (perlu ke salon untuk rebounding -D. Sayang tidak sempat ambil gambarnya. Keburu mati dan dimusnahkan.
Mungkin ada rekan lain yang dapat menambahkan contoh gambar dengan kemiripan “tanda-tanda” serangan ?.

Tharie Wie
www.omahijo.com

Mbak thari ….
Aku punya beberapa yang seperti ini . Diantaranya , Sinox , Desert sunset , Calypso stripe , Bohemianum , WindMollen . Sayangnya Bohemianum ungu blorok hari ini dipotong dan dilangsir ke tempat mas Thomas melalui kurir Kaypang yang sudah berubah jadi gembel sakti karena bukan entress lagi yang di dapat , tapi ilmu meningkat menjadi pohon .. Mas Sigit .. ekekekeke , jadi ga sempat di foto .
Dari yang aku perhatikan , si burik ini memiliki media sudah sangat sangat ( sampai 2 x nulisnya ) miskin hara .. bahkan sudah menjadi gembel hara karena sekitar 2 tahun males ganti media. “ Jika “ yang terjadi si blorok ini terjadi pada kondisi si pemilik rajin mengganti media .. wah itu mungkin lain ceritanya . Jika disebut virus , wah .. sekalian akan kucoba sak virus virusnya aku adukan ,, ada Chimera di MRD dan MGD , diadu dgn si mosaic ini . Jadinya siapa tau batang kecil , daun kecil , bunga hijau blorok.
Mungkin uji cobanya apakah ini virus atau tidak , bagaimana “ Jika “ dicoba ditularkan ke pohon lain . “ Jika “ tertular .. Bisa dikatakan Virus . Jika nggak ? bisakah dikatakan virus ?
Tambahah .. pada daun pertumbuhannya tidak sempurna , kruwal kruwel .. Ada yang klorosis juga alias variegate variegataan . Jika berkenan untuk para lulusan pertanian kiranya apa saja sih virus yang ada dan harus diwaspadai ? Dan tanda tandanya apa ?
Mas Thomas .. Hati hati .. Jika ini benar virus , sampeyan simpan satu hari ini . Baik baik tertular nanti kowe berubah warna jadi Merah kuning hijau spt lampu merah .. ekekekekekeke . Dimusnahkan saja .. Atau mau uji coba juga .. monggo E’Kakung – www.adesidjo. com

Mungkin ada benarnya, Ton.
Pak Tri pernah ngendiko (saat di Family Gathering), perubahan karena virus dapat diturunkan secara generatip.
Persoalannya adalah, bagaimana mengelola ‘virus’ (kalau memang benar itu virus) agar senantiasa terkendali, sesuai yang kita inginkan.
Di coba saja Ton. Nanti aku diceritain perkembangannya ya. Tharie Wie



Rekan-rekan …
Pada sesi kuliah pak Tri Widodo saat Family Gathering di rumah mas Tomo, Turi, Sleman, Yogyakarta, disebutkan bahwa tidak semua penyakit tanaman bersifat merugikan secara ekonomi. Contoh, serangan penyakit viral yang gejalanya nampak pada bunga adenium Lynam Tok atau disini lebih dikenal dengan nama Waterfall (hand out-halaman 6).
Gejala yang tampak pada Waterfall mirip dengan gejala pada bunga tulip yang terserang potyvirus – Tulip Breaking Virus (TBV). Serangan virus ini memunculkan kesan variegata serta tepi petal terkesan sobek-sobek (Judith A. Lesnaw, et al, 2000). Bukannya jadi jelek, tapi virus tersebut justru menambah keindahan bunga (menjadi lain dari yang lain).

Hari Sabtu sore ( 4 Agustus 2007 ) kebetulan mampir di tempat teman, saya dapati keanehan yang nampak pada beberapa bunga milik teman, seperti Calypso Stripe, Sinox, Carmello, Super Brain, dan Kiss Me Quick. Pada bunga dimaksud, terlihat kehadiran sejumlah “spot” atau notkah pigmen warna merah di petal bunga (foto terlampir).
“ Mbak, apa ini mutasi ? bisa jadi barang langka ?” tanya teman saya.
Mungkin dan bisa jadi. Tapi nanti dulu, sebab ada gejala yang mirip demikian pada bunga petunia yang terkena potyvirus strain Tobacco Etch Virus atau TEV-CAA10 (Pierre et al, 2001).

“ Ada lagi, mutasi pada bunga lokal hingga menjadikannya mirip Water Fall “ kata teman saya lagi dengan bangga (lihat gambar).
Dalam hati saya, kok banyak sekali virus di adenium ya, setelah mossaic virus dan dwarf seperti yang dikemukakan bang Zai ?.

Pak Tri Widodo, mohon pencerahannya …..
Bagaimana cara mengetahui adanya serangan virus, secara cepat dan murah ? Apakah gejala yang nampak pada bunga-bunga terlampir akibat serangan virus, atau sebab lain ? Apakah efek virus dapat diturunkan secara generatip ? Apakah virus tanaman juga seperti halnya virus pada manusia, efek muncul bila tanaman kurang sehat dan akan menghilang sementara bila tanaman dalam kondisi prima ? Kemungkinan efek lain dari serangan virus secara jangka panjang, mungkin sekarang kita well come dengan virus- virus tersebut, namun adakah bahaya tersembunyi yang justru bisa merugikan nantinya ?

Terimakasih sebelumnya pak Tri.

Tharie Wie
www.omahijo.com

Ref :
- Judith A. Lesnaw, et al, 2000, Tulip Breaking: Past, Present, and Future, Plant Disease Vol. 84
- Pierre et al, 2001, Virus-specific spatial differences in the interference with silencing of the chs-A gene in non-transgenic petunia, Journal of General Virology vol 82.